Mengembalikan Identitas Arsenal Bersama Mikel Arteta
![]() | |
| Mikel Arteta adalah harapan Arsenal |
Mikel
Arteta diyakini menjadi kunci kemenangan atas Manchester United pada laga
dinihari tadi, pasalnya pria asal Spanyol itu mampu merubah permainan Arsenal
pasca mengalami “dark ages” saat
ditangani oleh Unai Emery selama 18 bulan lamanya. Selain hasil minor yang
didapat oleh the gunners saat
ditangani Unai Emery, terdapat hal yang lebih mengkhawatirkan: kehilangan
identitas!
Arsenal
dikenal sebagai tim sepakbola yang secara konsisten memainkan sepabola indah
dan menguasai jalannya pertandingan. Di samping itu tim yang bermarkas di
London Utara tersebut juga acapkali mempercayai para pemain muda berlaga pada
level tertinggi liga domestik maupun kompetisi Eropa. Identitas tersebut
benar-benar hilang saat ditangani oleh Emery.
Arsene
Wenger sebagai peletak dasar identitas Arsenal tak lepas dari filosofi klub
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan yang dapat mencapai harmonisasi
demi menggapai tujuan, yaitu kemenangan dan kejayaan. Filosofi tersebut termaktub
secara jelas dalam jargon “Victoria Concordia Crescit” yang artinya kemenangan
berawal dari keharmonisan.
Emery
benar-benar menghilangkan filosofi dan identitas klub yang sudah lama ditanam dan
dipupuk dengan baik oleh Arsene Wenger. Benar, di akhir kepemimpinan Wenger,
Arsenal tak lagi gahar baik dilihat dari hasil pertandingan maupun cara
bermainnya. Namun sejelek-jeleknya Wenger, ia tetap mampu membuat tim tetap
harmonis dan saling percaya satu sama lain. Wenger tumbang bukan karena tak
menjaga filosofi klub, melainkan murni taktik yang mulai usang.
Paca
lengsernya Wenger, publik Emirates menaruh harapan besar pada sosok Emery.
Awalnya ia sedikit banyak mampu memenuhi harapan suporter dengan mampu finis di
posisi 5 Liga Inggris dan berhasil mencapai final Europa League. Fans paham
bahwa Emery butuh waktu untuk mengembalikan kejayaan. Petaka datang di musim
keduanya, alih-alih tampil baik, justru Arsenal dibawanya menjadi tim medioker
dalam 13 pertandingan awal liga di musim ini.
Fans
Arsenal sebenarnya tak terlalu mempermasalahkan hasil, mereka lebih
mengkhawatirkan prospek tim ke depan dalam jangka waktu panjang. Sebenarnya hal
tersebut sudah mulai terlihat (kehilangan identitas) pada musim pertama Emery,
namun fans dan manajemen melihat musim pertama adalah musim di mana Emery
beradaptasi. Mirisnya pada musim kedua bukan permainan semakin baik yang ia
tunjukkan, justru semakin mempertebal kekhawatiran fans dan manajemen bahwa
Arsenal benar-benar kehilangan identitasnya.
Mantan
pelatih PSG ini benar-benar terlihat tak mampu menangani tim dengan kultur kuat
seperti Arsenal. Emery terbiasa menangani tim-tim medioker yang identitasnya
tak sekuat Arsenal, bahkan tim yang mendominasi Liga Prancis sekalipun
sebenarnya bukan tim dengan kultur/identitas yang kuat karena PSG menjadi tim
besar karena dimiliki oleh pemilik kaya, bukan dibangun melaui proses panjang
dengan identitas kuat sehingga mampu muncul sebagai tim besar. PSG tentu tim
yang sangat berbeda dengan Arsenal.
Arsenal
adalah tim seperti Barcelona, Liverpool, Manchester United, maupun Bayern
Munchen yang mana kelima tim tersebut menjunjung tinggi dan menghormati
identitas dan budaya klub dengan karakter masing-masing yang beragam. Emery
benar-benar kelimpungan melatih tim seperti Arsenal, ia benar-benar tak punya
identitas taktik yang jelas.
Tim
seperti Arsenal tak layak bermain reaction
footbal atau dalam kata lain menunggu tim lawan dan menyesuaikan strategi
berdasarkan siapa lawannya. Hal seperti ini tentu menimbulkan seringnya
pergantian formasi, susunan pemain, dan strategi di atas lapangan. Imbasnya,
tim dengan identitas menyerang, bermain indah dan atraktif, dan saling percaya
satu sama lain menjadi hilang lantaran terlalu sering berganti strategi gaya
permainan, maka dari itu ditunjuklah Mikel Arteta sebagai head coach Arsenal yang baru.
Misi
Arteta di Arsenal bukan hanya mengangkat performa tim hingga akhir musim ini,
ada hal yang lebih besar lagi yang harus dilakukan Arteta, yaitu mengembalikan
identitas Arsenal yang telah lama hilang. Tentu banyak pihak yang meragukan
Arteta, pasalnya ia tak sedikitpun memiliki pengalaman sebagai pelatih kepala,
pengalamannya hanya sebatas sebagai asisten pelatih, ya walaupun ia menjadi
asisten dari Pep Guardiola sekalipun, tetap saja ada sejumlah pihak yang
meragukan kemampuannya.
Paul
Merson salah satunya. Legenda Arsenal tersebut meragukan kemampuan Mikel Arteta
sebagai seorang pelatih. Bahkan seperti yang dikutip dari Daily Star, Merson
mengatakan bahwa Arteta sama seperti Connor McGregor yang mencoba mengalahkan
Floyd Myweather di ring tinju. Merson bahkan mewanti-wanti fans Arsenal untuk
tidak terlau berharap pada orang yang belum pernah memiliki pengalaman melatih
sebelumnya.
Keraguan-keraguan
tersebut pasti banyak muncul ke permukaan, baik dari legenda klub maupun orang
lain yang berada di luar Arsenal. Mourinho misalnya, ia berceloteh bahwa
Arsenal memilih Arteta hanya karena gajinya yang lebih murah dan memiliki rekor
kekalahan yang lebih sedikit dibanding kandidat pelatih Arsenal lainnya kala itu,
Carlo Ancelotti. Begitulah sindiran yang dilontarkan Jose Mourinho kepada
Arsenal dan Arteta.
Arteta
memang belum memiliki pengalaman sebagai seorang pelatih, namun setidaknya ia
telah belajar dari pelatih sekelas Pep Guardiola selama 3,5 musim. Bukankah dahulu
saat pertama kali melatih Barcelona di usia yang kurang lebihnya sama dengan
Arteta, Pep Guardiola melatih Barcelona dan mampu membungkam semua orang yang
meragukannya?
Usia
Pep kala melatih Barcelona sama dengan usia Arteta melatih Arsenal, 37 tahun.
Bahkan keduanya memiliki kemiripan lain, sama-sama dari Spanyol, berasal dari
akademi Barcelona, dan belum memiliki pengalaman sebagai pelatih di level
senior. Bedanya Guardiola sebelum melatih Barcelona ia terlebih dahulu melatih
Barcelona B, sedangkan Arteta menjadi asisten pelatih di Manchester City.
Melihat
kemiripan-kemiripan tersebut membuat fans Arsenal memiliki asa melihat timnya
suatu saat mampu berjaya kembali, minimal mengmbalikan identitas Arsenal yang
telah hilang dalam 18 bulan terakhir di bawah asuhan Emery. Kedatangan Arteta
pun disambut penuh suka cita para pendukung Arsenal apalagi di hari-hari
pertamanya datang ke London Utara, fans dibuat terkesan padanya.
Arteta
berbicara kepada publik bahwa bahwa filosofi sepakbolanya jelas, ia bukan
pelatih tipikal reaction football
tergantung siapa yang ia lawan, melainkan harus mampu mengambil inisistif
permainan. “Kita harus mendikte permainan, kita harus menjadi pihak yang
mengambil inisiatif, dan kita harus menghibur orang-orang yang datang untuk
menonton kita. Saya 100 persen yakin akan hal-hal itu, dan saya pikir saya bisa
melakukannya,” ujar Arteta seperti dikutip dari Football London.
Arteta
juga dinilai jauh memahami Arsenal ketimbang Emery. Arteta tidak langsung fokus
pada strategi dan taktik di atas lapangan, ia ingin membangun sinergi antara tim
dengan fans terlebih daulu. Hubungan baik antara fans dengan klubnya akan
memberikan energi positif di atas lapangan. Arteta juga menekankan hubungan
antar jajaran kepelatihan dan para pemain harus harmonis. Sesama pemain harus
saling melindungi satu sama dan bermain sebagai unit dan struktur yang jelas.
Hal-hal
positif yang telah ditanam Mikel Arteta di Arsenal telah memperlihatkan
sejumlah hasil positif sejauh ini. Permainan jauh lebih berkembang, keinginan
mengambil inisiatif permaianan lebih besar dari sebelumnya, formasi dan pemain
yang diturunkan jelas, permainan menjadi sangat padu, mampu keluar dari
tekanan, dan yang paling penting para pemain kembali bahagia dan bermain dengan
hati.
Para
pemain pun berkembang baik secara tim maupun individu. Mesut Oezil yang selama
dilatih Emery menjadi pemain yang tidak berguna, kini kembali menemukan
magisnya. Pepe langsung mencetak gol via open
play saat menjadi starter di mana hal tersebut tak bisa ia lakukan saat
masih bersama Emery. Aubameyang kembali terlihat kecepatannya dan terlihat
mulai fasih bermain sebagai sayap kiri. Granit Xhaka tampil luar biasa setelah
sebelumnya selalu menjadi sasaran tembak fans Arsenal akibat terlalu sering
melakukan blunder, pun dengan David Luiz.
David
Luiz dalam wawancara terakhirnya pasca kemenangan dari MU mengatakan bahwa kini
tim menjadi lebih berkembang. Selain dari segi taktik, menurut Luiz kebahagiaan
menjadi kunci yang tak kalah penting. Sokratis menambahkan bahwa saat ini para
pemain benar-benar kembali menemukan kebahagiaan dalam bermain sepakbola.
Kedatangan
Arteta memang tidak menjamin kejayaan bagi Arsenal, namun kedatangannya memberi
angin segar dan secercah harapan. Ia tak hanya piawai menyusun strategi di atas
lapangan, Arteta juga memperhatikan hubungan antara fans dengan klub. Sesuai
dengan filosofi Victoria Concordia
Crescit, Arteta paham dan tentunya mampu mengembalikan identitas Arsenal
yang menjadikan keharmonisan sebagai hal yang fundamental.
