Disaat
karirnya sedang moncer bersama klub asal ibu kota Italia AS Roma, Mohammed
Salah justru mengambil keputusan besar dalam hidup dan karirnya sebagai
pesepakbola. Ya bergabung bersama Liverpool adalah pilihan seorang Mohammed
Salah untuk melanjutkan karirnya sebagai pesepakbola di musim 2017/2018.
Berdasarkan
data dari situs thisisanfield.com, Liverpool harus rela merogoh kocek sebesar
36,9 juta pound guna menebus Salah dari AS Roma. Di Anfield nanti, pemain
berkebangsaan Mesir ini akan mendapat gaji sebesar 90 ribu pound per pekan dan
dikontrak selama 5 musim.
Bersama Liverpool, Pemain yang sempat bermain untuk
Basel ini memakai nomor punggung 11 yang sebelumnya digunakan oleh Roberto
Firmino yang kini memilih nomor 9.
Harga
dan gaji yang dikeluarkan Liverpool untuk Mohammed Salah terbilang masih
terjangkau jika ukurannya adalah harga pemain sepakbola era modern.
Dengan
kontribusi 19 gol dan 12 assist sepanjang
musim 2016/2017 bersama AS Roma di semua kompetisi, tentunya apa yang
dikeluarkan Liverpool semestinya sebanding dengan apa yang dimiliki seorang
Salah.
Pertanyaanya
adalah, apakah Mohammed Salah mampu mengulangi prestasinya saat membela AS
Roma? Bukan meremehkan kualitas dari sang pemain, namun berdasarkan apa yang
terjadi pada masa lalu, pemain berambut keriting ini gagal total saat merumput
di negeri Ratu Elizabeth, tepatnya pada saat membela Chelsea.
Pada
tahun 2014 silam, Chelsea berhasil mendapatkan tanda tangan Salah dari FC Basel
sebesar 12 juta pound. Digadang-gadang bakal menjadi senjata Chelsea di sektor
sayap bersama Eden Hazard, Mohammed Salah justru melempem dan harus rela
dipinjamkan ke Fiorentina dan AS Roma sebelum pada akhirnya dipermanenkan oleh
AS Roma.
Berbagai
faktor yang mungkin menyebabkan Salah tidak bisa menunjukan kemampuannya secara
optimal. Faktor pertama adalah sang pemain masih minim pengalaman di kompetisi
level kelas berat seperti Liga Inggris kala itu.
Faktor kedua adalah mental
bermain yang masih belum kuat kala menghadapi tekanan.
Faktor ketiga adalah
kemungkinan strategi yang diterapkan di Chelsea tidak cocok mengeluarkan
potensi terbaik Salah.
Bersama
AS Roma khususnya, Mohammed Salah menjadi pemain sayap yang sangat ditakuti di
Serie-A Liga Italia. Kecepatan menjadi senjata utama bagi pria berkaki kidal
untuk mengobrak-abrik pertahanan lawan.
Tidak hanya kecepatan yang dia miliki,
namun pemain internasional Mesir ini memiliki visi yang baik dalam bermain,
yang mungkin itu tidak dimiliki oleh para winger Liverpool.
The
Kop memang memiliki sosok Sadio Mane, namun untuk visi bermain Mane masih
sedikit dipertanyakan. Kecepatannya memang sangat ditakuti, namun pemain asal
Senegal ini sangat mengandalkan kekuatan fisiknya yang mengakibatkan sang
pemain rentan cedera dan konsep bermainnya bisa mudah ditebak.
Pun
seorang Roberto Firmino. Pemain berkebangsaan Brasil ini memang memiliki visi
yang apik, namun dari segi fisik dan kecepatan masih menjadi pekerjaan rumah
bagi mantan pemain Hoffenheim ini. Terlebih pada musim lalu, Firmino kerap ditempatkan
sebagai seorang false nine oleh
Juergen Klopp.
James
Milner yang sebenarnya fasih bermain sebagai seorang pemain sayap pun musim
lalu kerap mengisi pos bek kiri Liverpool yang kemungkinan pemain berkebangsaan
Inggris itu akan kembali mengisi posisi di sektor kiri pertahanan Liverpool.
Jika musim 2017/2018 Liverpool mampu mendatangkan bek kiri yang berkualitas,
bukan tidak mungkin Milner kembali pada posisi aslinya.
Adam
Llalana adalah seorang winger yang sangat baik visi bermainnya, bahkan mantan
pemain Southampton ini pun mampu menjalankan peran sebagai playmaker dengan baik karena Llalana memiliki visi bermain yang
luar biasa. Namun Llalana masih kurang jika berbicara tentang kekuatan fisik
dan kecepatan.
Mohammed
Salah datang ke Anfield dengan paket lengkap. Pemain Muslim ini mampu bermain
dengan cepat sesuai karakter Juergen Klopp tanpa mengurangi visi bermainnya
yang baik.
Jika bisa disandingkan, maka kemampuan Salah nyaris setara dengan
apa yang dimiliki oleh Eden Hazard, yaitu kecepatan, kekuatan fisik, kemampuan dribble, dan tentunya visi bermain yang
ciamik.
Namun
yang dipermasalahkan disini adalah, posisi mana yang tepat untuk Salah? Jika
berkaca pada posisinya saat di AS Roma, maka Mohammed Salah sangat fasih jika
bermain sebagai sayap kanan, karena itu akan memaksimalkan kaki kirinya untuk
melakukan gerakan penetrasi ke dalam seperti Eden Hazard atau Frank Ribery yang
merupakan pemain kaki kanan yang ditempatkan di sayap kiri.
Cara
bermain Salah berbeda dengan pemain seperti Lukas Podolski (pemain kidal dengan
posisi di sayap kiri) yang cenderung bermain sedikit melebar dengan kekuatan
utamanya adalah umpan silang, khususnya umpan silang mendatar. Atau tidak
seperti David Beckham, Theo Walcott, atau rekannya nanti di Liverpool, Sadio
Mane. Ketiganya merupakan pemain kaki kanan yang ditempatkan di sayap kanan
karena ketiganya bukanlah sosok seperti Ribery atau Hazard.
Jika
Mohammed Salah harus bermain di sisi kanan agar perannya maksimal seperti apa
yang ia lakukan di AS Roma, berarti Juergen Klopp harus mengorbankan Mane untuk
bergeser ke sisi kiri penyerangan Liverpool. Padahal karakter Mane adalah kaki
kanan yang lebih pas jika dimainkan di sisi kanan seperti musim 2016/2017 yang
terbukti moncer di posisi tersebut.
Jika
Klopp enggan mengambil resiko memindahkan Mane ke sisi kiri penyerangan
Liverpool karena Mane sangat baik saat ditempatkan di sayap kanan,
pertanyaannya adalah, apakah Salah mampu tampil optimal jika berada di sisi
kiri? Kecenderungan yang ada adalah setiap pemain kidal yang memiliki akurasi dribble yang baik, maka ia lebih baik
sebagai sayap kanan.
Contoh
paling konkrit adalah Arjen Robben, Riyad Mahrez, atau Egy Maulana Vikri di
timnas U-19. Mereka bertiga memiliki kemampuan dribble yang sangat baik sehingga kaki kirinya sangat optimal saat
ditempatkan di sayap sebelah kanan. Hal ini akan menjadi masalah Salah di
Liverpool pada nantinya. Keputusan dari Juergen Klopp pun sangat krusial dalam
memaksimalkan potensi Salah tanpa harus mengorbankan komposisi terbaiknya
selama ini.
Jalan
satu-satunya bagi Salah adalah, ia harus mampu tampil baik dikedua sisi agar
lini penyerangan Liverpool di kedua sektor sangat berbahaya musim depan.
Mungkin Salah harus banyak bertanya dan belajar dari sosok Douglas Costa di
Bayern Munchen. Sosok kidal asal Brasil ini diproyeksikan sebagai pelapis
Robben di sayap kanan.
Costa
bermain sangat baik di area sayap kanan Munchen, namun saat Robben mampu
kembali tampil, Costa pun mampu tampil sama baiknya saat ditempatkan di sayap
kiri saat si empu-nya sayap kiri Frank Ribery berhalangan untuk bermain.
Kemampuan yang dimiliki Douglas Costa di Munchen harus dimiliki Salah di
Liverpool agar pada nantinya Liverpool tidak salah merekrutnya.
Permasalahan
ini bisa menjadi masalah besar bagi Salah jika nantinya ia tak mampu
beradaptasi dengan cepat. Klopp merekrutnya pasti untuk menambah kekuatan
Liverpool agar ia memiliki banya pilihan di sektor penyerangan.
Jangan sampai
kedatangan Salah jutru merubah sistem yang selama ini sedang dibangun dengan
rapi oleh Klopp. Bisa saja kedatangan Salah justru mengorbankan potensi para
pemain Liverpool yang lain guna mengakomodir potensinya.