Manchester United Pasca Era Sir Alex Ferguson
![]() |
| Manager yang hingga kini sosoknya belum tergantikan |
Manchester
United atau yang lebih dikenal dengan sebutan MU (dibaca: emyu) merupakan salah
satu klub tersukses di daratan Inggris selain Liverpool tentunya.
Mereka
(Manchester United) telah mengoleksi 20 gelar Liga Inggris yang terakhir mereka
raih pada musim 2013/2014 yang mana pada musim itu pula adalah masa terakhir
kalinya Sir Alex Ferguson mengabdi di Old Trafford.
Raihan
20 gelar Premier League milik MU sekaligus melewati pencapaian dari rival abadi
mereka, Liverpool. Tim yang kini diarsiteki oleh Juergen Klopp terhenti di
angka 19. Setelah berhasil melewati rekor milik Liverpool, tidak semua fans
Manchester United bahagia.
Lantas apa yang membuat mereka tidak bahagia?
Pertanyaan yang sesungguhnya amat sangat mudah untuk dijawab. Ya, karena pada
musim 2012/2013 adalah musim terakhir dari manager
terbesar mereka sepanjang masa, Sir Alex Ferguson.
Ditinggal
oleh Sir Alex ibarat kehilangan separuh kekuatan mereka, itulah yang
dikhawatirkan oleh para fans setan merah. Ternyata ketakutan mereka bukanlah
tanpa alasan, bahkan ketakutan mereka seolah benar-benar menunjukkan bahwa
separuh kekuatan United ada pada manager
asal Skotlandia itu. Beberapa kali mereka mengganti manager mulai dari David
Moyes, Ryan Giggs, Louis Van Gaal, hingga kini Jose Mourinho.
David
Moyes menjadi menajer yang paling beruntung karena mendapat rekomendasi
langsung dari Sir Alex. Namun keberuntungan itu malah menjadi awal keterpurukan
karir David Moyes di dunia sepakbola. Belum genap semusim menukangi Wayne
Rooney cs, Moyes sudah didepak oleh management MU.
Posisinya lantas diganti
oleh seorang Ryan Giggs yang kala itu sempat menjadi asisten Moyes sebelum pada
akhirnya menggantikan Moyes pada sisa musim 2013/2014.
Tak
mau berlarut-larut dalam kegagalan, kubu setan merah langsung menarik Louis Van
Gaal untuk menggantikan Ryan Giggs yang hanya berstatus sebagai pengganti Moyes
kala itu. Sebelum resmi menukangi Manchester United, pelatih asal Belanda itu
menangani negerinya sendiri pada pada ajang Piala Dunia 2014 di Brasil.
Prestasinya di Brasil terbilang cukup memuaskan, dimana sang meneer berhasil membawa tim kincir angin
Belanda melenggang hingga babak semifinal sebelum akhirnya dikandaskan oleh
Argentina.
Prestasi
seorang Louis Van Gaal sebagai arsitek sebuah klub maupun negara membuat para
fans Manchester United seperti menemukan secercah cahaya dalam kegelapan pasca
sepeninggalan Sir Alex Ferguson. Namun optimisme itu seolah kembali memudar di
tengah jalan.
Memang benar Van Gaal tidak dipecat di tengah jalan layaknya
Moyes, bahkan pelatih yang pernah membawa Bayern Muenchen menjadi kampiun
Bundesliga bertahan hingga dua musim di Old Trafford.
Musim
perdana nya dapat dikatakan tidak mengecewakan, setidaknya itulah gambaran dari
pendukung United. Namun musim kedua tidaklah semulus musim pertamanya.
Jika di
musim perdananya ia berhasil membawa setan merah bertengger di posisi ke empat,
maka musim keduanya ia hanya mampu membawa United ke panggung Europa League
dengan menempati urutan kelima pada klasemen akhir Liga Inggris musim lalu.
Jika
dibandingkan Moyes, tentunya apa yang ditunjukkan Van Gaal jauh lebih memuaskan
ketimbang yang Moyes lakukan. Namun tentunya itu tidak serta merta membuat fans
menjadi puas dengan hasil tersebut.
Mereka menginginkan gelar juara, dan itu
tidak bisa diberikan oleh keduanya. Moyes memang memberikan community shield
pada awal kepelatihannya, namun waktu berlalu performa Manchester United
menurun drastis hingga terjerembab di urutan ketujuh pada musim 2013/2014, dan
community shield bukanlah gelar yang diinginkan oleh suporter.
Segala
daya dan upaya telah dilakukan oleh Manchester United agar bisa move on dari Sir Alex Ferguson.
Puncaknya pada musim 2016/2017 Manchester United menunjuk Jose Mourinho sebagai
suksesor Louis Van Gaal di Old Trafford.
Meski pada musim terakhirnya bersama
Chelsea the special one babak belur
hingga pada akhirnya harus didepak dari Stamford Bridge sebelum musim selesai,
namun lagi-lagi kubu United mecoba optimis dan berharap banyak kepada meneger
asal Portugal ini.
Sama
seperti Moyes, Jose Mourinho langsung mempersembahkan gelar walaupun itu
hanyalah community shield. Ingat, bahwa sejarah mencatat, siapa pun tim yang
menjuarai community shield dapat dipastikan tidak akan menjuarai Liga Premier
Inggris.
Lagi dan lagi, kubu United terus optimis dan menaruh asa kepada the special one. Mengalahkan Leicester
dengan skor 2-1 membuat fans optimis menatap musim baru.
Pada
awalnya perjalanan United sangatlah mulus, terlebih lagi mereka berhasil membawa
pulang anak hilang yang kini menjadi pemain termahal, Paul Pogba. Fans dibuat
berbunga-bunga dengan rentetan kemenangan MU di awal musim dan hadirnya seorang
gelandang penuh energik Paul Pogba.
Lambat laun Manchester United kembali tidak
stabil dan pada akhirnya kini berada di peringkat enam klasemen sementara
Premier League.
Jose
Mourinho, Paul Pogba, Marouane Fellaini, bahkan kapten Wayne Rooney disalahkan
atas terjerembabnya MU di posisi enam.
Fans mengkritisi keputusan Mourinho yang
lebih memilih Fellaini ketimbang Scweinsteiger yang justru dicampakan pada awal
musim. Paul Pogba tampil tidak sesuai ekspektasi. Tentunya dengan harga yang
mahal, fans berharap lebih pada kemampuan Pogba. Fellaini dan Rooney dikritik
karena performanya yang inkonsisten, terlebih Fellaini yang kerap melakukan
blunder.
Tetapi
akhir-akhir ini performa United kembali stabil sehingga terus membuntuti
tim-tim yang berada di atas mereka. Tentunya bermodalkan pemain termahal dan
pelatih jitu, peringkat enam bukanlah peringkat ideal bagi tim sekelas
Manchester United yang sedang memulai kampanye untuk melupakan Sir Alex
Ferguson.
Ditambah lagi musim ini mereka memiliki senjata yang ada pada diri
seorang Zlatan Ibrahimovic.
Melupakan
kenangan bersama Sir Alex Ferguson memang bukanlah hal yang mudah bagi fans
setan merah. Setiap pelatih memiliki karekter sendiri-sendiri. Lantas yang
harus dilakukan oleh fans adalah tetap mendukung siapa pun yang melatih
Manchester United.
Pada dasarnya United adalah tim yang berkelas, namun mungkin
mereka masih belum menemukan ramuan yang pas untuk menjadikan mereka kembali
jaya seperti era Sir Alex Ferguson.
Tidak
mungkin Sir Alex kembali melatih United, yang mungkin adalah akan ada pelatih
yang benar-benar mampu membawa Manchester United pada kejayaan seperti apa yang
telah dilakukan Sir Alex Ferguson.
Maka tidak berlebihan jika fans Manchester
United selalu optimis dari musim ke musim. Maka teruslah bernyanyi, glory glory Man United!
